Kamis, 19 Oktober 2023


 JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL

3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF BAGI MURID

 

Oleh:   Ratna Dewi

Calon Guru Penggerak Angkatan VIII

Fasilitator :  Ding Njuk

Pengajar Praktik: Gesra Bongga

Assalamualaikum wr wb.

Salam Guru Penggerak.

Perkenalkan saya Ratna Dewi, S.Pd. M.Pd Guru Penggerak Angkatan 8, kali ini akan menjabarkan tentang materi dari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang berdampak positif pada murid.

Refleksi dwi mingguan ini saya paparkan dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, dengan tahapan sebagai berikut  :

1. Yang Pertama Fact (Peristiwa)

Pada akhirnya tibalah saatnya  kami pada modul terakhir, modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang berdampak positif bagi murid. setelah saya mengeksplore materi pada modul 3.3 ini ternyata banyak ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan saya.

Modul 3.3 merupakan modul terakhir yang harus dipelajari dalam rangkaian pelatihan guru penggerak angkatan 8. Kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu. untuk memancing pemikiran dan rasa ingin tahu yang akan dipelajari dan untuk menggali lebih dalam konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini terdapat Pertanyaan Pemantik yaitu : 1)  Apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid ? dan 2)  Bagaimana kaitan antara program yang berdampak pada murid dengan kepemimpinan murid (student agency)  ?

Dalam modul ini, saya mempelajari materi tentang bagaimana sebaiknya menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.

Selanjutnya pada tanggal 10 Oktober mulai masusk  materi selanjutnya yaitu Eksplorasi Konsep, pada tahapan ini saya sebagai CGP  masuk dalam aktivitas  ruang kolaborasi, pada sesi ini saya masuk dalam kelas B kelompok I untuk berdiskusi program Bersama bersama teman rekan sesama CGP  dan dibimbing oleh fasilitator kami yaitu Bapak Ding Njuk, kami mengeskplore semua materi dalam t bersama kelompok berdiskusi saya membuat program yang berdampak pada murid dan mempresentasikannya, dan menanggapi hasil pesentasi dari kelompok lain. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki sekolah dan mampu menumbuhkan kepemimpinan murid.

Dimana asset yang dimilki oleh sekolah perlu dikelola dengan baik untuk menggali potensi yang ada pada murid sehingga maksimalisasi pendidikan tercapai sesuai kodrat alam dan zaman murid sebagaimana cita-cita Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan Nasional. Asset sekolah adalah modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan,modal financial,modal politik, modal agama dan budaya.

Kemudian pada tanggal 15 Oktober berlanjut dengan Refleksi Terbimbing dan Demonstrasi Kontekstual. Demonstrasi kontekstual merupakan rancangan program yang berdampak pada murid dengan menggunakan pemenuhan tahapan BAGJA .

Pada pada tanggal 18 Oktober masuk pada modul 3.3 yaitu koneksi antar materi. saya melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid. 

Setelah itu saya buat aksi nyata sebagai implementasi dari pemahaman saya terhadap semua materi dalam modul ini. Aksi nyata merupakan materi yang terakhir pada modul ini dan  dilaksanakan pada tanggal 17 November, dimana pada tahap ini saya akan memaparkan dan mempresentasikan semua kerja nyata saya selama saya mengikuti pelatihan guru penggerak.

Hambatan tentu saja ada dalam mempelajari modul ini antara lain, saya masih bingung untuk memahami beberapa materi secara individu. Namun setelah mendapatkan penguatan dari fasilitator dan instruktur, saya dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan rekan-rekan CGP yang ada di sekolah saya untuk memperkuat pengetahuan saya mengenai materi di modul 3.3 ini.

2. Yang Kedua Feelings (Perasaan)

Saya merasa senang, bahagia dan merasa tertantang ketika mengikuti pembelajaran dalam modul ini. Selain materinya yang sangat menarik dan menantang, modul ini juga merupakan modul terakhir yang harus saya pelajari dimana nantinya, saya harus bersiap untuk mengimplementasikannya di kelas atau di sekolah saya. Selain itu, saya juga merasa senang karena banyak ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang saya peroleh selama mengikuti kegiatan PGP ini.Saya juga merasa senang gembira ketika pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak saya saat saya merefeksikan pada bagian mulai dari diri dapat terjawab dengan baik. Ada hal menarik yang terjadi pada pembelajaran di modul ini, yaitu saat saya harus menyelesaikan tugas demonstrasi kontekstual, koneksi antar materi dan aksi nyata. Dalam sesi Demonstrasi kontekstual saya membuat sebuah program secara mandiri. Program yang saya buat yaitu GEMA LITUM DAN BTA,  Ada rasa senang ketika saya dapat merancang sebuah program dan melibatkan murid didalamnya.

3. Yang Ketiga Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang saya dapatkan setelah mempelajari modul ini sebagai berikut.

Sebelum saya menyusun sebuah program, maka terlebih dahulu saya melihat aset/kekuatan yang dimiliki oleh sekolah dan betapa pentingnya melibatkan murid sebagai mitra dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Murid dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat (suara) lalu menentukan pilihannya sehingga murid merasa memiliki, merasakan manfaat dari program yang akan dikembangkan. Betapa pentingnya menciptakan lingkungan yang positif dalam menumbuhkan student agency. Betapa pentingnya dukungan dari semua pihak/komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Kemudian prakarsa perubahan yang akan dilakukan  dengan menambahkan unsur suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Dalam proses pembelajaran modul ini, saya juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Pengalaman saya dalam merancang sebuah program yang melibatkan murid dan mengimplementasikannya dengan tahapan BAGJA merupakan hal baru bagi saya karena selama ini saya. Dari hal inilah saya akhirnya menyadari bahwa saya ternyata mampu untuk melewati tantangan dalam menyusun sebuah program yang berdampak pada murid.

4. Yang Keempat Future (Penerapan)

Setelah saya mempelajari modul ini dengan baik, tentunya saya ingin melaksanakan program yang telah saya rancang dengan murid yang sudah saya rancang dalam demonstrasi kontekstrual. Saya ingin bisa berbagi dengan rekan sejawat, tentang bagaimana mengelola program yang berdampak positif pada murid. Harapannya program ini dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dan mewujudkan karakter profil pelajar pancasila. Selain itu, saya juga akan berbagi pengetahuan dan pengalaman saya dalam menyusun program yang berdampak positif pada murid ini pada rekan-rekan sejawat baik disekolah maupun dalam komunitas tingkat kecamatan, kabupaten kota sampai ke provinsi bahkan nusantara. Dan tentunya dengan murid di sekolah.


Demikian jurnal refleksi modul 3.3, semoga bermanfaat.

Wassalamualaykum wr wb.

Salam Guru Penggerak

Tergerak

Bergerak

Menggerakkan

Kamis, 05 Oktober 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3.2.A. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

RATNA DEWI, S.Pd., M.Pd

CGP ANGKATAN 8

DARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

 

Modul "Pemimpin dalam pengelolaan Sumber Daya" mulai di pelajari pada 2 Mei 2023 oleh CPG angkatan 8 Program Pendidikan Guru Penggerak. Sebagai pemenuhan tugas pembuatan jurnal refleksi kali ini, CGP masih setia menggunakan model F4 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (Facts, Feelings, Findings, Future)


1.       Peristiwa (Facts)

Di modul 3.2 ini, saya dibekali pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya dengan ABT (Aset Based Thinking). Kegiatan pengkajian LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Pada tanggal 25 September 2023 CGP  melalui moda mandiri alur  MERDEKA mengerjakan Paket modul 3 : Modul 3.2 Dimulai dari diri sendiri & Eksplorasi Konsep-Mandiri. Dengan mengingat kembali faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Pada sesi ini saya diwajibkan untuk memberikan respon terhadap beberapa pertanyaan untuk melihat sejauh mana pengetahuan saya sebagai peserta program tentang materi kali ini.

Pada tanggal 26 September 2023 kegiatan berikutnya yakni Eksplorasi konsep memberikan kesempatan pada saya dalam melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang sekolah sebagai ekosistem, Pedekatan Berbasis Kekurangan dan Pendekatan Berbasis Aset, Sejarah singkat Pendekatan Asser-Based Comunnity Development, dan aset-aset dalam sebuah komunitas. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan di terapkannya program kurikulum merdeka (KUMER) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya proses penerapan “Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya”. Di sesi pembelajaran ini, CGP juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang nantinya akan diduskusikan pada forum diskusi.

Pada tanggal 27 September  2023 Ruang Kolaborasi modul 3.2 di forum diskusi 1 telah dihadiri oleh CGP . Bersama CGP lain dalam pengelompokkan kelompok serta didampingi Bapak Fasilitator yang sangat hebat yaitu Bapak Ding Njuk. Saya masuk Kelas B di kelompok 2 dengan anggota saya sendiri Ratna Dewi,  Endah Septiani, dan Siti  Khoiriyah dalam tugas ini CGP diminta untuk dapat mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolahnya dan strategi pemanfaatannya secara efektif. Pemetaan aset di daerah oleh untuk sekolah nantinya akan dipersentasikan kepada kelompok lain pada ruang kolaborasi sesi 2 di modul 3.2. dengan pembagian kelompok. Hasil diskusi ini akan kami presentasikan di ruang rukol, pada tanggal 28 September 2023, hasil kegiatan kami dalam diskusi kelompok ini Sekolah merupakan ekosistem pendidikan yang di dalamnya ada sinergi





            Pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, seperti biasa akan ada pemberitahuan dari Admin LMS kami akan mamasuki Kelas Elaborasi Pemahaman-Modul 3.2 dengan Instruktur ibu Rini  Nuraeni, Msi. Sesi 2 pukul 16.30 -18.00 kegiatan ini masuk di LMS.

Sebelum kegiatan ini CGP bisa mengajukan pertaanyaan untuk memperdalam materi kepada Instruktur, yang akan ditanggapi saat mamasuki kelas elaborasi pemahaman-modul 3.2

Kemudian Pada tanggal 10 Oktober 2023 kita harus mengerjakan koneksi antar materi dan sekaligus melakukan aksi nyata untuk diskusi bersama dengan warga sekolah tentang pemetaan asset sekolah.



 



Pada pembelajaran Aksi Nyata, Anda diminta untuk melakukan dan menyelesaikan rencana aksi yang telah dirancang. Semoga Anda dapat menjalankan rencana Anda dengan baik karena kegiatan ini berhubungan langsung dengan materi pada modul selanjutnya, yaitu Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid .

Dalam rangkaian terakhir seluruh modul yang ada, kami yakin Anda sudah menunjukkan jati diri Anda sebagai guru penggerak. Ayo terus bergerak, rangkul semua elemen yang menjadi bagian dari ekosistem sekolah kita, manfaatkan, fokuslah pada kekuatan aset yang kita miliki dengan kualitas pembelajaran murid-murid kita.

Membuat dampak yang lebih baik bagi murid kita, maka kita pun sedang membuat dampak bagi masa depan Indonesia. Teruslah bergerak, terima kasih sudah menjadi bagian penting bagi masa depan Indonesia. Mohon maaf dari kami para penulis modul apabila ada kekurangan dan kesalahan yang tidak kami sengaja selama proses penulisan maupun kegiatan dalam modul ini.

2.       Perasaan (Feelings)

Setelah mempelajari praktik pemimpin dalam pengelolaan sumber daya pada pembelajaran modul 3.2. dengan alur ekplorasi konsep, ditambah, alur ruang kolaborasi. Saya menjadi jelas bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dapat menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Dengan mengidentifkasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah dapat mewujudkan perubahan untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Dengan mengikuti sesi pembelajaran modul 3.2 kali ini, saya merasa senang, sebagai pemimpin pembelajaran dimana saya sebagai kepala sekolah, mempunyai tantangan yaitu bagaimana saya belajar lebih fokus lagi untuk menggali 7 aset/ modal di lingkungan sekolah saya dari faktor biotik (SDM) dan abiotik (sarana prasarana dan keuangan) menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis dengan konsep kepemimpinan pembelajaran juga mendasari setiap tindakan dan keputusannya dengan dasar filosofis pendidikan yang kuat, visi yang jelas, dan budaya positif yang diimplementasikan di sekolah yang selalu berpihak pada murid.  Dalam mengelola sumber daya sekolah dikenal dua pendekatan, yaitu pendekatan dan pendekatan berbasis aset dan berbasis kekurangan atau masalah. Di awali dengan memetakan seluruh aset/sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah saya untuk nantinya pasti kan dapat dimanfaatkan. Saya juga berkeinginan besar untuk mengajak rekan sejawat di sekolah untuk dapat menggunakan pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dengan menemukenali hal-hal yang positif dalam lingkungan sekolah saya.

 

3.       Pembelajaran (Findings)

Setelah melakukan sesi pembelajaran baik  Ruang Kolaborasi sesi 1, bersama fasilitator kami bapak Ndig Njuk yang banyak memberikan infotmasi yang lebih dalam dalam paparan dipetemuan daring tersebut, hal itu juga di perkuat kembali  pada Sesi 2 kami berdikusi, memperdalam Sumber daya Sekolah kami maasing-masing dan kami dapat saling sharing, masukkan, dalam kegiatan tersebut kemudian tugas hasil diskusi kami unggah diruang ini kolabaroasi. Di modul ini, CGP juga belajar terkait keberadaan sekolah sebagai ekosistem yaitu sebagai bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup : murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orangtua murid/wali, dan masyarakat sekitar sekolah) dan abiotik ( unsur yang tidak hidup : keuangan, sarana dan prasarana). Pada rangkain kegiatan pembelajran terkait modul 3.2 banyak hal positif yang saya peroleh, baik pengenalan pada 7 aset tujuh aset utama yang dimiliki oleh lingkungan sekolah meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya. Dengan mengetahui aset-aset dalam komunitas, maka kita diharapkan memiliki strategi dalam pemanfaatannya sehingga pada akhirnya kita memiliki karakteristik komunitas yang sehat. untuk mengubah paradigma/pola pikir kita yang cenderung menggunakan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit Based Thinking).selain itu hal tugas di demntarsi kontestual pada modul ini kami disajikan tentang menganalisis video prakarsa perubahan yang terkait dengan modul sebalumnya dengan tahapan BAGJA tetang Memanfaat Sumber Daya Sekolah yang dikaitakn dengan pemetaan dan pemanfaatan aset sekolah.

Dalam mengelola sumber daya sekolah dikenal dua pendekatan, yaitu pendekatan dan pendekatan berbasis aset dan berbasis kekurangan atau masalah seorang pemimpin pembelajaran akan selalu berpihak pada murid dengan memperhatikan

    Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam  kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang  menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak  nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

    Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1)  Modal Manusia

  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain,  inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
  • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

2)  Modal Sosial

  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

3)  Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

  • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

4)  Modal Lingkungan/alam

  • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
  • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

5)  Modal Finansial

  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
  • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
  • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

6)  Modal Politik

  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti  komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

7)  Modal Agama dan budaya

  • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
  • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
  • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
  • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, yang bisa kita manfaatkan di sekolah

 

4.       Penerapan (Future)

Setelah memahami pembelajaran di modul ini harapannya CGP dapat menerapkan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset (Asset-Based Community Development/ABCD) dengan ditandai perubahan pola pikir (mindset) dan sikap positif sebagai langkah awal.

Setelah memperlajari modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya akan melaksanakan :

1)      Implementasi di kelas sebagai seorang pemimpin pembelajaran akan mampu mengoptimalkan apa saja yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat murid.

2)      Implementasinya di sekolah adalah seorang pemimpin pembelajaran akan memanfaatkan atau mengidentifikasi aset-aset atau modal yang ada di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah dan mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Sebagai contoh adalah memanfaatkan aset yang ada di sekolah misalnya saja dalam Kelas Inspirasi, guru yang memiliki keterampilan, pengetahuan akan mendukung pengelolaan sekolah. Guru yang terampil menari, terampil di bidang seni suara, keterampilan seni tari, seni melukis, olahraga, dan lain-lain.

3)      Implementasi pada masyarakat sekitar adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan mampu menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah, Orang tua, dapat menjadi inspirasi, misalnya orang tua yang memiliki keterampilan melukis, ketrampilan seni pencak silat, keterampilan baca tulis Al-quran dijadikan mentor atau pengajar sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya hal ini akan dapat memotivasi baik secara langsung maupun tidak langsung,

 

Penerapan modul ini akan dapat membantu sekolah dalam membangun ekosistem yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Dalam mengelola sumber daya sekolah dikenal dua pendekatan, yaitu pendekatan dan pendekatan berbasis aset dan berbasis kekurangan atau masalah seorang pemimpin pembelajaran akan selalu berpihak pada murid. Penerapan yan ingin saya lakukan dengan memahami lebih baik lagi konsep  Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam  kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang  menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak  nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya memandang sekolah sebagai suatu ekosistem, dimana ekosistem tersebut menerapkan pendekatan pengembangan masyarakat berbasis sumber daya (AKBA) dalam setiap kegiatan. Pendekatan ini memberikan nilai tambah terhadap kapasitas, keterampilan, pengetahuan dan komunitas.

Connection

Kaitan Antar materi, Jika materi ini dihubungkan dengan materi pada modul sebelumnya yaitu pelatihan dan pengambilan keputusan, maka materi yang diperoleh sebagai instruktur mengemudi masa depan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan Selama proses pembinaan, tugas pelatih adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik dalam menjelaskan. Masalah dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Challenge

Jika materi ini dikaitkan dengan materi  modul sebelumnya yaitu pelatihan dan pengambilan keputusan, maka materi yang diperoleh sebagai instruktur mengemudi masa depan  sangat erat kaitannya dengan Dalam proses pelatihan, tugas pelatih adalah memaksimalkan pengetahuan yang dimiliki peserta pelatihan. mampu menjelaskan. masalah. dan membuat keputusan yang bertanggung jawab..

Concept

Konsep kunci yang penting adalah membuat peta aset sekolah berdasarkan 7 aset sekolah yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam, dan modal finansial. Dari kegiatan ini kita dapat menggali dan memanfaatkan aset sekolah semaksimal mungkin. Pada saat yang sama, terus mengembangkan komunitas sekolah berbasis aset yang mengedepankan kemandirian  komunitas untuk mengatasi tantangan yang dihadapi melalui kekuatan dan potensi yang ada dalam komunitas tersebut.

Change

Perubahan apa yang ingin Anda lakukan pada diri Anda setelah menerima materi  hari ini?

Yang ingin saya ubah adalah pemikiran berbasis aset, bukan pemikiran berbasis masalah, karena pendekatan ini adalah cara praktis untuk menemukan dan mewujudkan hal-hal positif. Dengan menjadikan kekuatan sebagai landasan berpikir, sekolah perlu membangun potensi kekuatan dan selalu fokus pada pengembangan sumber daya yang ada.

Jumat, 22 September 2023

Jurnal Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3.1.A. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah Nyalah saya diberi kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angakatn 8 Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Yimur. Seperti biasa kami melakukan pembelajaran secara online dan offline. Banyak sekali pembelajaran yang saya peroleh dan banyak juga tugas yang saya kerjakan dan dikumpul sesuai waktu yang di tentukan melalui LMS dari modul 1 sampai modul 3.

Tak terasa saya sudah menyelesaikan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai - Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dimana merupakan modul awal dari paket modul 3 ini.  Sama seperti modul sebelumnya disetiap akhir pembelajaran, saya harus melakukan refleksi pembelajaran yang sudah saya peroleh dari modul ini. Di sini saya akan meyampaikan hasil refleksi saya dengan menggunakan model 4 F atau 4P yaitu Facts (Peristiwa), Filling (Perasaan), Findings (Pembelajaran) dan Future (Penerapan).

1. Facts ( Peristiwa )

Sebelum memasuki pembelajaran modul 3.1 terlebih dahulu di awali dengan melakukan  pre - test yaitu tepatnya tanggal 11 September 2023 yang berjumlah 18 soal. Selanjutnya sama seperti modul sebelumnya pembelajaran dilakukan dengan alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi,  Demonstrasi kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata ).

Tahap pertama mulai dari diri yaitu  kegiatan ini pada tanggal 11 September 2023 dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan  yang terkait dengan pengambilan keputusan berbasis nilai - nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kemudian melakukan survey dengan dihadirkan satu kasus dan melakukan analisa secara mandiri jika menjadi seorang kepala sekolah.

Tahap kedua yaitu Eksplorasi Konsep. tanggal 12 - 13 September 2023 Dimana CGP secara mandiri melakukan pembelajaran dan mendalami semua materi modul 3.1 yang ada di LMS. Di sini CGP mempelajari kasus dilema etika dan bujukan moral. Dibagian akhir dari eksplorasi terdapat forum diskusi dimana para CGP melakukan analisa terhadap kasus yang ada di LMS

Tahap ketiga yaitu Ruang Kolaborasi. tanggal 14 - 15 September 2023 Di Ruang Kolaborasi CGP dibagi menjadi beberapa kelompok, dan saya masuk pada Kelompok dua yang beranggotakan Ibu Endah Septiani  dan Bapak Andre Hariyadi. Pembelajaran dilakukan secara online melalui Gmeet yang di pandu oleh fasilisator kami Ibu Ida Rusdiati. Kami menganalisa sebuah kasus dari permasalahan yang di ambil dari sekolah Andre Hariyadi. Dan keesokan harinya kami melakukan presentasi atas hasil diskusi kami.

Tahap keempat yaitu Demonstrasi Kontekstual. tanggal 18 - 19 September 2023 Kami ditugaskan untuk mewawancarai 2-3 kepala sekolah mengenai praktik pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika yang terjadi di sekolah mereka. Disini CGP melakukan wawancara dan direkam, dan dikumpul sampai batas akhir 20 September 2023.

     

 Wawancara Dengan                                 Wawancara Dengan
Kepsek SDN 003 Loa Janan                    Kepsek SDN 006 Loa Janan

                                Foto Ketika Mewawancarai Salah Satu Kepala Sekolah, dok. pribadi

Tahap kelima adalah Elaborasi Pemahaman tanggal 20 September 2023 yang di awali dengan membuat pertanyaan. Kemudian tanggal 20 September 2023 CGP mengikuti Vcon Elaborasi Pemahaman dengan instruktur untuk lebih memahami mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai - nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Tahap keenam yaitu koneksi antar materi, tanggal 21 September 2023 mengaitkan materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi  pada modul sebelumnya.  

Tahap ketuju yaitu aksi nyata. tanggal 22 September 2023 Dimana CGP diminta untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip dan pengujian keputusan di sekolah.

Tangal tanggal 18 September 2023 kegiatan Pendampingan Individu ( PI 4) Saya melaksnakan PI4 bersama ibu Gesra Bongga,SE.M.Si. Di sini saya mendapatkan ilmu teknik coaching klinik supervisi akademik dan saya juga melakuka praktek mengajar di hadapan beliau yaitu pembelajaran berdiferesnisasi sosial emosional.

Dan tanggal 23 September 2023 kegiatan Lokakarya 4 Program Pendidkan Guru Penggerak Angkatan 8 Lokasi di SMP Negeri 2 Tenggarong dengan materi coaching untuk supervisi akademik dan kami banyak belajar praktek coaching sesama CGP 

2. Filling ( Perasaan )

Perasaan saya setelah mempelajari modul 3.1 adalah sangat bersyukur, karena banyak pemahaman baru yang saya peroleh dalam mengambil suatu keputusan. dan saya merasa tertantang untuk menerapakan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian  keputusan jika saya mengalami dilema etika  di kehidupan saya. Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif aman dan nyaman bagi semua stekholder sekolah

3. Finding ( Pembelajaran )

Pembelajaran yang saya peroleh dari modul 3.1 ini adalah bahwa dalam pengambilan suatu keputusan haruslah berdasarkan nilai - nilai kebajikan, berpihak pada muird dan dipertanggung jawabkan. Kemudian kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu apa permasalahan yang dihadapi apakah dilema etika atau bujukan moral. Penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut dilema etika atau bujukan moral.Dimana dilema etika itu adalah situasi keduanya benar dan bujukan moral itu situasi benar atau salah.  Apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggarn hukum , maka langkah - langkah pengambilan keputusan tidak perlu dilanjutkan karena sudah melewatu uji legal ( hukum ) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah ( bujukan moral)

4. Future ( Penerapan )

Dengan pemahaman dan pengetahuan  yang saya peroleh diari modul 3.1 ini, saya akan mulai menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan , 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan jika saya dihadapakn dengan permasalahan situasi dilema etika. Dan saya akan berbagi pengalaman dengan rekan sejawat saya mengenai langkah - lagkah pengambilan keputusan ini. Agar nantinya kami dapat mengambil keputusan sesuai dengan nilai - nilai kebajikan universal dapat dipertanggung jawabkan dan semuanya berpihak pada murid.

 

ΩΩΩ  Terima kasih  ΩΩ

ΩΩΩ  Salam dan Bahagia ΩΩΩ

 

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

💥💥 Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Pembelajaran💥💥


RATNA DEWI, S.Pd. M.Pd.


Perkenalkan nama saya Ratna Dewi, S.Pd. M.Pd. Guru SD Negeri 023 Loa Janan Kutai Kartanegara. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut in.

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.

Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,

            “ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.”                 

(Georg Wilhelm Friedrich Hegel).

Memahami kalimat bijak tersebut Pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma - norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ki Hajar Dewantara dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan humanis

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching  yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan–hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Seorang pendidik harus menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:

1)    Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2)    Menentukan siapa saja yang terlibat

3)    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4)    Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

5)    Pengujian paradigma benar lawan benar

6)    Prinsip Pengambilan Keputusan

7)    Investigasi Opsi Trilemma

8)    Buat Keputusan

9)    Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.

Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid - murid kita adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi hal ini merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan social smosional murid-murid kita.

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak melejitkan kompetensi baik itu pendidik maupun murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.

Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah ada 4 paradigma pengambilan keputusan

1)    Individu lawan masyarakat

2)    kebenaran lawan kesetiaan

3)    keadilan VS belas kasihan

4)    Jangka Pendek VS jangka panjang

Ada 3 prinsip mengambil keputusan

1)    berfikir berbasis akhir

2)    berfikir berbasi aturan

3)    berfikir berbasi rasa peduli

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

1)    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

2)    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3)    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4)    Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5)    Pengujian paradigma benar atau salah

6)    Prinsip pengambilan keputusan

7)    Investigasi tri lema

8)    Buat keputusan

9)    Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar.

Saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan InsyaAllah akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.

Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan.

Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil.

💢💢Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.💢💢

💦💦💦Guru bergerak Indonesia maju.💦💦💦

  JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF  BAGI MUR ID   Oleh:    Ratna Dewi Calon Guru Pe...