💥💥 Rangkuman
Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran💥💥
RATNA DEWI, S.Pd. M.Pd.
Perkenalkan nama saya Ratna Dewi, S.Pd. M.Pd. Guru SD Negeri 023 Loa Janan Kutai Kartanegara. Pada kesempatan ini saya ingin
berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai seorang pemimpin. Namun sebelum menguraikan materi pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak
berikut in.
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun
mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan
terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten
namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua
akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik
dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid
dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi
murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin
dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model
semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan kita tinggal.
Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi
peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid
dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk
menyampaikan kebenaran dan keteladanan. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
“ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia
menjadi berperilaku etis.”
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel).
Memahami kalimat bijak tersebut Pendidikan merupakan
suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma - norma sehingga
akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk
menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan
saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai
negeri ini di masa depan.
Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut,
berikut ini adalah koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan
keputusan
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka
memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin. Ki Hajar Dewantara dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana
seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang
pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak
pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi
tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan
dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang
pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah
Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat
dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk
kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam
dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak
kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar
Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah.
Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita
sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan
disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab dan humanis
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh
kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.
Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran
diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan
dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali
murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan
mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita
yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu
pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik
akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam
setiap keputusan.
Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “coaching” (bimbingan) yang diberikan pendamping
atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam
pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif,
masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi “coaching” yang telah
dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan
coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik “coaching” yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat
diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang
berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang
berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik
coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman
sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan
pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan
hambatan–hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu
menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan
situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga
pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan
inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru
memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban
yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika? Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial
emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Seorang pendidik harus menyadari setiap keputusan wajib
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9
langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat
membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan
empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat
menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai
alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin
pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan
nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs
masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka
pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip
pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis
peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah
pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:
1)
Mengenali nilai-nilai yang
saling bertentangan
2)
Menentukan siapa saja yang
terlibat
3)
Mengumpulkan fakta-fakta
yang relevan
4)
Pengujian benar atau salah
yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman
depan koran, uji keputusan panutan/idola
5)
Pengujian paradigma benar
lawan benar
6)
Prinsip Pengambilan
Keputusan
7)
Investigasi Opsi Trilemma
8)
Buat Keputusan
9)
Tinjau lagi keputusan Anda
dan refleksikan
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan
simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma
dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih
bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness)
akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat
melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat
dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan
yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir
kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi
pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita
ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan,
bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat
menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga
murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.
Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.
Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip
penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada
resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang
saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika
adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan
bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat
meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima
oleh semua pihak.
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan
pengajaran memerdekakan murid - murid kita adalah merdeka belajar. Merdeka
belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan
potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan
murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai
dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi
pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada
murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang
sudah ada. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan pembelajaran
berdiferensiasi hal ini merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada
murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk
memfasilitasi dan mengasah keterampilan social smosional murid-murid kita.
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap
pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang
bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model
bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil
keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang
pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar
salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji
publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan
kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajatana
materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan
keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan
karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang melakukan proses
transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu
saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak,
dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk
mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Pengambilan keputusan harus
bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being). Suasana tersebut akan berdampak melejitkan kompetensi baik itu
pendidik maupun murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki
kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Murid yang
cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila sesuai harapan kita
semua. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema
etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan
pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan
suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya
merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka
belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid
terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran
kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar
Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa
dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah ada
4 paradigma pengambilan keputusan
1)
Individu lawan masyarakat
2)
kebenaran lawan kesetiaan
3)
keadilan VS belas kasihan
4)
Jangka Pendek VS jangka
panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan
1)
berfikir berbasis akhir
2)
berfikir berbasi aturan
3)
berfikir berbasi rasa
peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan
1)
Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang salingbertentangan
2)
Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini
3)
Mengumpulkan fakta-fakta
yang relevan dalam situasi ini
4)
Pengujian benar atau salah
(uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5)
Pengujian paradigma benar
atau salah
6)
Prinsip pengambilan
keputusan
7)
Investigasi tri lema
8)
Buat keputusan
9)
Meninjau kembali keputusan
dan refleksikan
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata
dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun
perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif
sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan
banyak orang.
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil
keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah
pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal
yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak
melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah
pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar.
Saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul
3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan InsyaAllah akan sangat bermanfaat
untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan
dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya
berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata
banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu
lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan
pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya
tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam
setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam
ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya
ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu
berpihak pada murid.
Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran
dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan
kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan
merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan
pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai
kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai
4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan
prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya,
berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking)
yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini
berhubungan dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang saya
paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon
masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan.
Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi
lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil.
💢💢Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.💢💢
💦💦💦Guru bergerak Indonesia maju.💦💦💦