Jumat, 22 September 2023

Jurnal Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3.1.A. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah Nyalah saya diberi kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angakatn 8 Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Yimur. Seperti biasa kami melakukan pembelajaran secara online dan offline. Banyak sekali pembelajaran yang saya peroleh dan banyak juga tugas yang saya kerjakan dan dikumpul sesuai waktu yang di tentukan melalui LMS dari modul 1 sampai modul 3.

Tak terasa saya sudah menyelesaikan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai - Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dimana merupakan modul awal dari paket modul 3 ini.  Sama seperti modul sebelumnya disetiap akhir pembelajaran, saya harus melakukan refleksi pembelajaran yang sudah saya peroleh dari modul ini. Di sini saya akan meyampaikan hasil refleksi saya dengan menggunakan model 4 F atau 4P yaitu Facts (Peristiwa), Filling (Perasaan), Findings (Pembelajaran) dan Future (Penerapan).

1. Facts ( Peristiwa )

Sebelum memasuki pembelajaran modul 3.1 terlebih dahulu di awali dengan melakukan  pre - test yaitu tepatnya tanggal 11 September 2023 yang berjumlah 18 soal. Selanjutnya sama seperti modul sebelumnya pembelajaran dilakukan dengan alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi,  Demonstrasi kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata ).

Tahap pertama mulai dari diri yaitu  kegiatan ini pada tanggal 11 September 2023 dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan  yang terkait dengan pengambilan keputusan berbasis nilai - nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kemudian melakukan survey dengan dihadirkan satu kasus dan melakukan analisa secara mandiri jika menjadi seorang kepala sekolah.

Tahap kedua yaitu Eksplorasi Konsep. tanggal 12 - 13 September 2023 Dimana CGP secara mandiri melakukan pembelajaran dan mendalami semua materi modul 3.1 yang ada di LMS. Di sini CGP mempelajari kasus dilema etika dan bujukan moral. Dibagian akhir dari eksplorasi terdapat forum diskusi dimana para CGP melakukan analisa terhadap kasus yang ada di LMS

Tahap ketiga yaitu Ruang Kolaborasi. tanggal 14 - 15 September 2023 Di Ruang Kolaborasi CGP dibagi menjadi beberapa kelompok, dan saya masuk pada Kelompok dua yang beranggotakan Ibu Endah Septiani  dan Bapak Andre Hariyadi. Pembelajaran dilakukan secara online melalui Gmeet yang di pandu oleh fasilisator kami Ibu Ida Rusdiati. Kami menganalisa sebuah kasus dari permasalahan yang di ambil dari sekolah Andre Hariyadi. Dan keesokan harinya kami melakukan presentasi atas hasil diskusi kami.

Tahap keempat yaitu Demonstrasi Kontekstual. tanggal 18 - 19 September 2023 Kami ditugaskan untuk mewawancarai 2-3 kepala sekolah mengenai praktik pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika yang terjadi di sekolah mereka. Disini CGP melakukan wawancara dan direkam, dan dikumpul sampai batas akhir 20 September 2023.

     

 Wawancara Dengan                                 Wawancara Dengan
Kepsek SDN 003 Loa Janan                    Kepsek SDN 006 Loa Janan

                                Foto Ketika Mewawancarai Salah Satu Kepala Sekolah, dok. pribadi

Tahap kelima adalah Elaborasi Pemahaman tanggal 20 September 2023 yang di awali dengan membuat pertanyaan. Kemudian tanggal 20 September 2023 CGP mengikuti Vcon Elaborasi Pemahaman dengan instruktur untuk lebih memahami mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai - nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Tahap keenam yaitu koneksi antar materi, tanggal 21 September 2023 mengaitkan materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi  pada modul sebelumnya.  

Tahap ketuju yaitu aksi nyata. tanggal 22 September 2023 Dimana CGP diminta untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip dan pengujian keputusan di sekolah.

Tangal tanggal 18 September 2023 kegiatan Pendampingan Individu ( PI 4) Saya melaksnakan PI4 bersama ibu Gesra Bongga,SE.M.Si. Di sini saya mendapatkan ilmu teknik coaching klinik supervisi akademik dan saya juga melakuka praktek mengajar di hadapan beliau yaitu pembelajaran berdiferesnisasi sosial emosional.

Dan tanggal 23 September 2023 kegiatan Lokakarya 4 Program Pendidkan Guru Penggerak Angkatan 8 Lokasi di SMP Negeri 2 Tenggarong dengan materi coaching untuk supervisi akademik dan kami banyak belajar praktek coaching sesama CGP 

2. Filling ( Perasaan )

Perasaan saya setelah mempelajari modul 3.1 adalah sangat bersyukur, karena banyak pemahaman baru yang saya peroleh dalam mengambil suatu keputusan. dan saya merasa tertantang untuk menerapakan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian  keputusan jika saya mengalami dilema etika  di kehidupan saya. Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif aman dan nyaman bagi semua stekholder sekolah

3. Finding ( Pembelajaran )

Pembelajaran yang saya peroleh dari modul 3.1 ini adalah bahwa dalam pengambilan suatu keputusan haruslah berdasarkan nilai - nilai kebajikan, berpihak pada muird dan dipertanggung jawabkan. Kemudian kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu apa permasalahan yang dihadapi apakah dilema etika atau bujukan moral. Penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut dilema etika atau bujukan moral.Dimana dilema etika itu adalah situasi keduanya benar dan bujukan moral itu situasi benar atau salah.  Apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggarn hukum , maka langkah - langkah pengambilan keputusan tidak perlu dilanjutkan karena sudah melewatu uji legal ( hukum ) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah ( bujukan moral)

4. Future ( Penerapan )

Dengan pemahaman dan pengetahuan  yang saya peroleh diari modul 3.1 ini, saya akan mulai menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan , 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan jika saya dihadapakn dengan permasalahan situasi dilema etika. Dan saya akan berbagi pengalaman dengan rekan sejawat saya mengenai langkah - lagkah pengambilan keputusan ini. Agar nantinya kami dapat mengambil keputusan sesuai dengan nilai - nilai kebajikan universal dapat dipertanggung jawabkan dan semuanya berpihak pada murid.

 

ΩΩΩ  Terima kasih  ΩΩ

ΩΩΩ  Salam dan Bahagia ΩΩΩ

 

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

💥💥 Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Pembelajaran💥💥


RATNA DEWI, S.Pd. M.Pd.


Perkenalkan nama saya Ratna Dewi, S.Pd. M.Pd. Guru SD Negeri 023 Loa Janan Kutai Kartanegara. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut in.

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.

Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,

            “ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.”                 

(Georg Wilhelm Friedrich Hegel).

Memahami kalimat bijak tersebut Pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma - norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ki Hajar Dewantara dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan humanis

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching  yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan–hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Seorang pendidik harus menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:

1)    Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2)    Menentukan siapa saja yang terlibat

3)    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4)    Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

5)    Pengujian paradigma benar lawan benar

6)    Prinsip Pengambilan Keputusan

7)    Investigasi Opsi Trilemma

8)    Buat Keputusan

9)    Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.

Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid - murid kita adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi hal ini merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan social smosional murid-murid kita.

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak melejitkan kompetensi baik itu pendidik maupun murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.

Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah ada 4 paradigma pengambilan keputusan

1)    Individu lawan masyarakat

2)    kebenaran lawan kesetiaan

3)    keadilan VS belas kasihan

4)    Jangka Pendek VS jangka panjang

Ada 3 prinsip mengambil keputusan

1)    berfikir berbasis akhir

2)    berfikir berbasi aturan

3)    berfikir berbasi rasa peduli

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

1)    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

2)    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3)    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4)    Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5)    Pengujian paradigma benar atau salah

6)    Prinsip pengambilan keputusan

7)    Investigasi tri lema

8)    Buat keputusan

9)    Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar.

Saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan InsyaAllah akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.

Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan.

Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil.

💢💢Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.💢💢

💦💦💦Guru bergerak Indonesia maju.💦💦💦

Rabu, 13 September 2023

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Modul 3.1-Kasus 2

                          


3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Modul 3.1-Kasus 2

Tujuan Pembelajaran Khusus dalam kegiatan 3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Modul 3.1 ini adalah CGP mampu menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan  pengujian keputusan dalam studi kasus yang mereka dapatkan dan memberi tanggapan pada studi kasus CGP lainnya dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

CGP akan mendalami materi melalui studi kasus. CGP akan membaca  4 studi kasus untuk kemudian memilih 1 kasus untuk dianalisis. Setiap CGP perlu memberikan minimal dua komentar/tanggapan terhadap hasil analisis CGP lainnya yang diunggah di LMS

Ibu Azizah adalah kepala sekolah SMP Tunas Bangsa. Ia adalah seorang kepala sekolah yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi.  Ia memiliki hubungan profesional yang baik dengan Ibu Dani, Kepala SMA Nusantara. Mereka seringkali berkomunikasi dan bekerjasama sehubungan dengan program-program pendidikan baik di sekolah Ibu Azizah sendiri maupun sekolah Ibu Dani.

Baru-baru ini Ibu Azizah terpilih menjadi ketua MKKS-Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Ibu Dani pun terpilih menjadi bendahara MKKS.  Awalnya semua program MKKS dibawah kepemimpinan Ibu Azizah berjalan dengan baik sampai pada saatnya diadakan rapat evaluasi semester 1, dimana Ibu Azizah harus memberikan laporan pada Dewan Pembina MKKS, termasuk laporan keuangan. Ibu Azizah pun meminta laporan keuangan pada bendahara yaitu Ibu Dani.

Dua minggu sebelum rapat evaluasi, Ibu Azizah pun sibuk mempersiapkan dokumen-dokumen laporan yang dibutuhkan, termasuk dokumen yang berhubungan dengan keuangan. Ia pun menghubungi Ibu Dani, saat itulah Ibu Azizah mengetahui bahwa selama ini Ibu Dani menggunakan sebagian uang MKKS untuk pengobatan putrinya yang sedang sakit dan memerlukan pengobatan yang mahal. Ibu Dani berjanji bahwa uang tersebut akan segera digantikan sebelum rapat evaluasi tiba. Ibu Azizah sebetulnya ragu akan hal tersebut mengingat jumlah uang yang cukup besar. Namun Ibu Dani meminta Ibu Azizah untuk berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tentang tindakannya. Apa yang akan dilakukan Anda bila berada di posisi Ibu Azizah, dan mengapa?

Berikut analisis atau studi kasus untuk kasus 2, yakni situasi yang terjadi antara Ibu Azizah dan Bu Dani

1.   Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Jika situasi dalam kasus Bu Azizah dan Bu Dani adalah situasi dilema etika, paradigma yang terjadi pada situasi tersebut adalah paradigma Rasa Keadilan dan Rasa Kasihan.  Nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah nilai integritas untuk transparan dalam penggunaan anggaran dan tidak berintegritas karena menyetujui penggunaan anggaran organisas berdasarkan rasa hormat pada keadialan yang tidak sesuai dengan aturan berdasarkan rasa kasihan

2.    Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)  : Tidak ada pelanggaran hukum dalam situasi tersebut. Ibu Dani yang menggunakan uang MKKS untuk keperluan pengobatan anaknya yang sakit berjanji untuk mengembalikan uang tersebut sebelum rapat evaluasi. Namun, situasi ini bisa terjadi pelanggaran hukum apabila Ibu Dani tidak dapat mengembalikan uang tersebut.

3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi):Ada pelanggaran peraturan atau kode etik profesi untuk meutupi kebenaran data yanag terjadi yaitu penyalagunaan penggunaan keuangan.  Ibu Azizah meminta Bu Dani, untuk tidak memberitahu tentang keadaan penyalahgunaan keuangan hal yang dilakukannya kepada para anggota. 

4.  Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi) :  Dalam situasi ni ada yang salah dalam situasi ini. Walaupun Bu Dani berjanji untuk mengembalikan uang MKKS, tetapi uang itu digunakan tidak semestinya, yakni untuk keperluan pribadi dan tidak sepengetahuan dan persetujuan dari para anggota dan meminta Bu Azizah merahsaikannya hal tersebut/

5.   Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman? Saya akan merasa kurang nyaman karena kasus ini menyangkut urusan pribadi seseorang yang menjadi komsumsi publik

6.  Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? : Tetap Berempati terhadap Bu Dani tetap memberi waktu dan komitmen yang tegas kepada Bu Dani untuk mengembalikan uang yang sudah dipakai serta perilaku tersebut tidak diulangi di kemudian hari.

7.   Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? Penyelesaikan kreatif untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan melakukan pendekatan.  Menumbuhkan sikap terbuka dan kejujuran, bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya dengan komitmen bertanggung jawab terhadap tidakan  yang telah dilakukan dengan mengadakan pertemuan terbatas atau rapat dengan para pengurus inti MKKS dan menyampaikan hal yang sebenarnya terjadi, lalu mengajak para pengurus untuk membuat solusi yang tepat, seperti memberi kesempatan kepada Bu Dani untuk mengembalikan uang MKKS dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan lagi. Di sisi lain, pengurus MKKS bisa mengadakan penggalangan dana untuk meringankan biaya pengobatan anak Bu Dani sebagai bentuk empati

8.   Apa keputusan yang Anda ambil? Keputusan yang saya ambil adalah tetap berempati pada bu Dani dan memberi jangka waktu kepada Bu Dani agar segera mengembalikan uang MKKS sebelum rapat evaluasi dilaksanakan

9.  Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa ? Prinsip yang saya gunakan dalam mengambil keputusan adalah Care-Based Thinking atau berpikir berbasis rasa peduli karena dengan prinsip ini membuat saya memikirkan kepentingan orang lain dan menimbulkan rasa empati.


Senin, 04 September 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan : 2.3.A. Pembinaan Untuk Supervisi Akademik

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan :

2.3.A. Pembinaan Untuk Supervisi Akademik

 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh

Saya Ratna Dewi CGP Angkatan 8 dari SD Negeri 023 Loa Janan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Saya akan menceritakan tentang hasil refleksi saya mengenai modul 2.3 "Coaching untuk Supervisi Akademik" yang sudah saya pelajari. Saya merefleksikan modul ini dengan menggunakan modul refleksi 4F/4P. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerpan saya dari modul 2.3 ini. Berikut hasil refleksi saya yang tertuang pada model refleksi 4F/4P.

1. Facts/Peristiwa

Kegiatan Modul 2.3 diawali dengan berselancar di LMS yaitu dimulai dari diri. Pembelajaran ini dimulai pada hari Hari ini Selasa, 29 Agustus 2023 Kelas B sesi 2 Pukul 15.00 - 16.30 WITA. Alur mulai dari diri diawali dengan mengingatkan untuk lancarnya kegiatan yang mengalami kendala Sinyal. Mohon dapat mencari posisi yg kuat sinyal dengan harapan tidak ada kendala. Kemudian menjawab pertanyaan reflektif mengenai kegiatan observasi atau supervisi yang pernah dilaksanakan. Kemudian, saya menjawab dua pertanyaan mengenai harapan saya tentang modul 2.3 ini. Tahapan selanjutnya yaitu kegiatan eksplorasi konsep. Tahapan eksplorasi konsep ini, merupakan tahapan dimana saya mengeksplor sendiri materi-materi mengenai coaching. Ada empat bagian pada eksplorasi konsep ini, dimana disetiap bagiannya terdapat beberapa kotak serta beberapa video yang saya pelajari yaitu :

Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching.

Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.

Pada bagian terakhir eksplorasi konsep, saya berdiskusi bersama rekan CGP lainnya untuk memberikan pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik. Pada hari Jumat, 1 September 2023, kegiatan ruang kolaborasi latihan sesi 1. Pada ruang kolaborasi yang pertama bersama fasilitator Ibu Ratna Kristanti Iswari, saya mendapatkan pemahaman mengenai coaching ini, setelah itu saya dibagi kelompok dan melakukan latihan coaching bersama kelompok, selanjutnya saya bersama rekan CGP saya melakukan simulasi coaching secara bergantian melalui Gmeet. Tahapan selanjutnya adalah ruang kolaborasi praktek sesi 2 Pada hari yang sama Jumat, 1 September 2023, saya Bersama rekan CGP yang sudah ditentukan oleh fasilitator melakukan praktek Coaching dimana hasil praktek coaching ini akan di unggah sebagai hasil dari tugas ruang kolaborasi praktek sesi 2. Setelah kegiatan ruang kolaborasi, saya memasuki tahapan demonstrasi kontekstual. Pada tahapan ini, saya bersama 3 rekan CGP lainnya melakukan simulasi coaching secara tatap muka langsung. 

Pada kegiatan ini, saya bersama rekan saya bergantian peran menjadi coach, coachee, dan observer. Kegiatan simulasi ini dilaksanakan melalui tatap muka langsung dan direkam untuk kemudian rekamannya diunggah ke LMS sebagai tugas demonstrasi konstektual. Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi pemahaman bersama instruktur Ibu Ratna Kristanti Iswari. Pada kegiatan ini saya mendapatkan banyak pengetahuan, pemahaman mengenai  coaching.  Selanjutnya Ibu Ratna Kristanti menjelaskan Tugas Supervisior ada 3 tahap yaitu  : Tahap 1  melakukan percakapan Pra Supervisi  terhadap Coach, Tahap 2. (Mensupervisi) Mengamati Coach pada saat Mengcoaching Coachee dengan alur TIRTA. Dan Tahap 3 Melakukan percakapan Pasca Supervisi atau pengamatan. Selama kegiatan ini kegiatan Rekaman nya diunggah di YouTube. Link YouTube di unggah di Tugas Demonstrasi Kontekstual.

Penjelasan lebih dalam ada di LMS Demonstrasi Kontekstual modul 2.3 dan Rubrik Penilaian. Selanjutnya Ibu Ratna Kristanti meminta kita untuk mengatur waktu dengan Rekan Kelompoknya untuk melakukan Rekaman .  

Selanjutnya tahap koneksi antar materi. Pada kegiatan ini saya membuat koneksi materi mengenai modul yang dipelajari dengan pengalaman serta materi lainnya. Tahapan terakhir adalah aksi nyata. Kegiatan aksi nyata rencananya saya akan melaksanakan kegiatan coaching bersama salah satu rekan guru sesama CGP yaitu bapak M. Riski.

 2. Feelings/Perasaan

Perasaan saya ketika mempelajari Modul 2.3 ini saya merasa senang, optimis, tertantang dan termotivasi untuk melakukan coaching ini untuk perencanaan, untuk mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang saya hadapi mauapun yang dihadapai rekan sejawat di sekolah, untuk berefleksi, dan untuk kalibrasi. Saya merasa senang karena mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru mengenai coaching. Saya juga merasa senang karena bisa melakukan simulasi coaching bersama rekan CGP lainnya. Saya merasa optimis karena saya yakin bisa mengaplikasikan pengetahuan saya mengenai coaching ini dalam peran saya sebagai pemimpin pembelajaran. Saya merasa tertantang dalam mempelajari materi coacing serta dalam mengaplikasikan coaching ini.

3. Findings/Pembelajaran

Hal yang bermanfaat yang saya dapatkan pada modul ini adalah mengenai supervisi akademik yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan coaching. Pada pelaksanaan coaching ini harus didasarkan prinsip dan kompetensi coaching. Coaching juga bisa dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran kepada murid untuk menggali potensi yang dimiliki oleh murid.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai"bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif." Berbagai tugas dalam Sub Pembelajaran memberikan pengalaman yang berharga bagi saya dalam memahami coaching.

Paradigma berpikir coaching terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.

4. Future/Penerapan

Setelah mempelajari modu1 2.3. saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi. Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching.

Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik ini, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kompetensi diri. Untuk itu saya telah merancang tindakan aksi nyata penerapan praktik Coaching yang didasari oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di lingkungan sekolah. Harapan saya dengan penerapan praktik Coaching di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat dan warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan dapat membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya. Dengan praktik Coaching juga membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, serta menuntun murid untuk memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah.

 Link : Tugas kolaborasi modul 2.3 PRAKTIK COACHING MODEL TIRTA

https://youtu.be/VvQP-bir1Gk?si=MGQxFWyj4V0GydeB

 

Link 2.3 Supervisi Akademik  Tugas  Demontrasi Kontekstual   :

https://youtu.be/U7PMDeDLlvM?si=hM6HN-3fMbwnt6hV

  Demikianlah Jurnal Dwi Mingguan saya terkait modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervise Akademik.

Salam Guru Penggerak !!!

Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh

 

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1 : tentang Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Saya Ratna Dewi, Calon Guru Penggerak Angkatan 8 dari SD Negeri 023 Loa Janan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1 tentang Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal ini dibuat untuk melakukan refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pendidikan. Di postingan ini saya menulis jurnal Refleksi Dwi Mingguan sesuai dengan pengalaman saya dalam proses pendidikan guru penggerak Angkatan ke-8. Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 2.1. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). Untuk memudahkan memahaminya, 4F tersebut saya terjemahkan dalam bahasa pertanyaan, yakni 1) apa yang saya alami; 2) apa yang saya rasakan; 3) apa yang saya dapatkan; dan 4) apa yang akan saya lakukan.Berikut jurnal refleksi dwimingguan modul 2.1. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid.

A.     Apa yang saya alami.

Saya memulai membuka modul 2.1. pada tangal 1 Agustus 2023 di LMS dengan mengerjakan pretest. Saya mengerjakan 18 soal dalam pretest tersebut. Setelah itu, saya mempelajari modul 2.1. dengan alur MERDEKA, yakni:

1.   Mulai dari Diri

Saya mulai mempelajari modul 2.1. dengan membuka tautan mulai dari diri. Di sini saya mendapat tugas untuk melakukan refleksi diri. Ada empat pertanyaan yang harus saya jawab. Hasil refleksi saya dokumentasikan di blog pribadi saya.

2.   Eksplorasi Konsep

Di bagian eksplorasi konsep, saya belajar di LMS tentang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar semua murid. Saya mulai belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi dan miskonsepsinya. Saya juga belajar mengenai kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. Di bagian ini saya juga mendapat tugas untuk membuat diagram Frayer mengenai pembelajaran diferensiasi.  

Setelah itu saya, melakukan diskusi asinkron. Ada beberapa topik dalam diskusi asinkron dengan kelompok saya yang beranggotakan 4 orang yaitu  Siti Khoiriyah (SD), Pramudya Wella Sakarosa (SD), Ratna Dewi (SD) dan Muhammad Riski (SD). Kelas Elaborasi pemahaman 2.1 Sesi 2 Wita mulai 15.30 – 17.00 melalui LMS dibimbing oleh Irham.  Pada hari Selasa tanggal1 Agustus 2023.  Pada sesi ini kami mengerjakan  :

a.   Menganalisis video penjelasan mengenai strategi pembelajaran berdiferensiasi, mulai dari diferensiasi konten, proses, dan produk

b.   Menganalisis artikel tentang penilaian dalam pembelajaran berdiferensiasi

c.   Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok dan yang kedua adalah presentasi hasil diskusi tersebut. Semua itu dilakukan secara daring atau melalui Gmeet.  

d.   Demonstrasi Kontekstual

e.   Elaborasi Pemahaman Di bagian ini, saya ditugasi untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 2.1.

Beberapa pertanyaan yang akan menguatkan pemahaman saya akan materi konsep di Modul 2.1. ini adalah:

Salah satu pemetaan kebutuhan belajar siswa adalah dengan memetakan berdasarkan kemampuan awal. Siswa yang berkemampuan awal baik, mendapat tugas yang lebih kompleks, sedangkan siswa yang berkemampuan awal rendah diberikan tugas yang lebih sederhana. Namun, biasanya siswa yang bekemampuan awal rendah walaupun diberikan tugas yang sederhana, mereka mengerjakan dengan sembarangan atau bahkan tidak mengerjakannya. Bagaimana cara mengatasi hal tersebut?

f.    Koneksi Antar-Materi

Di bagian koneksi antarmateri Modul 2.1 ini, saya membuat penjelasan mengenai:

1). Simpulan tentang pembelajaran diferensiasi

2). Alasan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal

3). Kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak

Penjelasan mengenai materi di atas saya buat dalam video Youtube  

g.   Aksi Nyata

Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 2.1 yang diterapkan secara nyata. Di aksi nyata ini saya melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran diferensiasi yang saya lakukan mengambil materi Energi Yang Tersimpan. Mata pelajaran IPAS IV (Empat)/I (Satu) SD Negeri 023 Loa Janan

B.      Apa yang Saya Rasakan?

Selama saya mempelajari Modul 2.1., saya merasakan perasaan yang semangat, bangga, senang, dan tentunya tertantang. Saya semangat karena di modul 2.1. ini saya bisa mempelajari materi tentang pembelajaran berdiferensiasi yang cukup menarik. Saya bisa lebih paham tentang kebutuhan belajar siswa yang bisa dijadikan landasan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Saya bangga karena saya memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang sangat luar biasa dan sangat bermanfaat untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Saya senang karena bisa berkolaborasi dengan teman CGP lain untuk menganalisis rancangan pembelajaran berdiferensiasi. Saya juga sangat tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan di sela kesibukan saya sebagai guru di sekolah.

C.      Apa yang Saya Dapatkan

Di Modul 2.1. saya mendapatkan materi tentang pembelajaran berdiferensiasi. Di dalamnya saya memahami cara mengetahui kebutuhan belajar siswa, yakni dengan cara mengetahui kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar siswa.

D.     Apa yang Akan Saya Lakukan?

Setelah memahami materi dalam modul 2.1., saya akan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. Tentunya dengan melakukan perencanaan yang matang, mulai dari pembuatan RPP/modul ajar, pembuatan/persiapan media, dan lain-lain.

 

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (KSE)

 '

Jurnal Refleksi  Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (KSE)

Assalamualaikum wr. Wb

Salam guru penggerak!

Bergerak, tergerak dan menggerakan

Perkenalkan saya Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd. Calon Guru Penggerak Angkatan 8-Kukar, Guru SD Negeri 023 Loa Janan Kec. Loa Janan Kab. Kukar. Kaltim

Pada modul 2.2 adalah   2.2.A. Pembelajaran Sosial dan Emosional melalui Alur M_E_R_D_E_K_A (Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata) serta sudah setengah dari keseluruhan modul dalam program guru penggerak ini.

Pada modul ini kami mempelajari tentang terwujunya well-being (kesejahteraan psikologis). Implementasi pembelajaran sosial emosional melalui  4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam  praktek mengajar guru dan serta kurikulum akademik,  penciptaan  iklim kelas dan sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat atau komunitas, dan merefleksikannya. Kami juga mempelajari dan praktik implementasi penguatan KSE (kompetensi sosial emosional) bagi keseluruhan warga sekolah dengan menghadirkan PSE (pembelajaran sosial emosional), baik melalui pembelajaran eksplisit, integrasi ke dalam kurikulum, dan lain sebagainya. Selanjutnya, setelah melakukan praktik baik tersebut lalu kami mendiseminasikannya kepada rekan sejawat/guru-guru yang ada di satuan pendidikan / sekolah kami.

FACT (Peristiwa)

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional ini saya memulai dari diri dengan menjawab pertanyaan di LMS, dimana ini merupakan refleksi individu selama saya menjadi seorang pendidik. Banyak pengalaman yang saya dapatkan baik berupa sebuah kesulitan, kekecewaan, kesedihan, kesenangan, kebahagiaan, kebanggaan yang semuanya itu dapat membuat saya lebih bersemangat dan tertanang memahaminya secara keselurahn dengan lebih baik

Selanjutnya saya mengikuti kegiatan ekplorasi konsep, dalam kegiatan ini saya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran sosial emosional, saya mengerjakan tugas analisis lima kasus yang telah disediakan di LMS dan kami saling menuliskan komentar pada forum diskusi. Akhirnya setelah selesai ekplorasi konsep saya melanjutkan ikut kegiatan ruang kolaborasi yang dipandu oleh Fasilitator  Bapak Ding Njuk kegiatan ini ada dua sesi, sesi pertama reflesi materi eksplorasi konsep  yang sudah dipelajari sebelumnya. Selanjutnya pada sesi ini saya berkolaborasi dengan rekan CGP pada Kelas B Kelompok 1 khusus kelas SD yaitu Pak Risky, dan Ibu Siti Choriah, dan Ibu  Wella untuk mendiskusikan tugas yang harus kami bahas dan kerjakan. Kami   Pada sesi kedua ruang kolaborasi kami mempresentasikan hasil diskusi kelompok di Rukol sesi jam yang sudah ditentukan di LMS

Pada tugas demonstrasi kontekstual saya mengerjakan tugas membuat RPP berdiferensiasi dan terintegrasi Kompetensi Sosial Emosional. Teknik Pembelajaran Kompetensi Sosial dan emosional yang saya kembnagkan dalam RPP ada kesadaran diri, manajemen diri,  kesadaran Sosial,  Ketrampilan Berelasi, serta Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Setelah kegiatan tersebut selesai saya melanjutkan ikut kegiatan kelas elaborasi pemahaman  modul 2.2 bersama instruktur Ngakan Putu Suarjna,S.Pd, pada hari selasa,  15 Agustus 2023 sesi 1 jam 13.00-14.30 wita, masuk LMS,  kegiatan ini saya mendapat penguatan kami tetang materi Kompetensi Sosial Emosional. Kegiatan berikutnya yang saya kerjakan adalah koneksi antar materi dimana saya berusha menghubungkan semua materi pembelajaran yang sudah dipelajari dihubungkan dengan pembelajaran sosial emosional. Diakhir modul ini saya harus menampilkan RPP berdiferensiasi dan terintegrasi dipembelajaran tatap muka dikelas yang akan didampingi oleh Pengajar Praktik.

FEELINGS (Perasaan)

Perasaan saya setelah melaksanakan kegiatan ini adalah saya merasa senang, gembira, semakin bersemangat aakn ilmu yang saya dapat berbagi pengetahuan yang saya dapatkan mengali dan kolbaorasi untuk memantap ilmu proses pengetahuan yang ingin saya maksimal dalam modul ini. Pada saat sebelum saya mempelajari materi ini saya apabila telah lelah atau banyak beban pikiran sehingga sangat menggagu aktfitas saya terutama pada lingkungan kerja akan mudah merasa emosi dan tersulut emosinya. Dengan mempelajari modul 2.2 ini saya memahami bahwa untuk diri saya juga perlu dilatih agar siap sosial emosional dalam kehidupan berikutnya, kemudian saya berbagi dengan rekan sejawat bagimana  teknik Mainfulnees dengan tekhnik STOP  dalam kegiatan pembelajaran di terapkan selain KSE yang lainnya

FINDINGS (Pembelajaran)

Adapun yang saya dapakan dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran sosial emosional ini sangat penting dilakukan dalam pembelajaran di dalam kelas, dilingkungan sekolah,  ada lima kompetensi dalam pembelajaran sosial emosional yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, pembelajaran sosial emosional ini sangat baik dan akan membentuk karakter yang diinginkan dari sekolah.

FUTURE (Perubahan)

Setelah mempelajari modul 2.2 ini hal yang akan saya lakukan adalah  Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional baik secara eksplisit dan terintegrasi dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, mensosialisasikan KSE ini kepada seluruh warga sekolah agar pembelajaran sosial emosional dalam dilaksanakan dengan optimal, saya berharap dapat menjadi coach bagi teman sejawat, dan mitra dalam kegiatan ini di sekolah.

 

Salam Guru Penggerak

Jaya Pendidikan Indonesia, Bersama Kita Bisa

 
















































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































  JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF  BAGI MUR ID   Oleh:    Ratna Dewi Calon Guru Pe...